ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Adapula penggunaan istilah ENSO negatif dan ENSO positif. Namun kadangkala penggunaan istilah ini tidak konsisten karena sebagian menggunakan nilai positif dan negatif berdasarkan pada harga Indeks Osilasi Selatan (IOS) sedangkan sebagian yang lain menggunakan nilai positif dan negatif berdasarkan pada harga anomali SPL. Padahal nilai IOS yang negatif berhubungan dengan nilai anomali SPL yang positif dan sebaliknya. Maka dari itu akan sering kita temukan pada beberapa artikel penggunaan istilah ENSO negatif untuk El-Nino sedangkan pada artikel lainnya digunakan istilah ENSO negatif tetapi untuk menyatakan La-Nina. Hal ini terjadi karena pada penggunaan pertama, nilai negatif didasarkan pada harga IOS sementara pada penggunaan kedua nilai negatif didasarkan pada harga anomali SPL di daerah NINO. Namun demikian masih banyak juga orang-orang yang lebih suka untuk tetap menggunakan istilah El-Nino dan La-Nina daripada istilah ENSO hangat atau ENSO positif dan ENSO dingin atau ENSO negatif.
El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya SPL yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya SPL, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya SPL akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan”. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
Seiring dengan penelitian intensif yang terus dilakukan terhadap fenomena ini, akhirnya diketahui bahwa sebenarnya fenomena El-Nino/La-Nina bukanlah sebuah fenomena lokal yang hanya terjadi di Peru dan Ekuador saja, tetapi mencakup suatu areal yang sangat luas di Samudera Pasifik dekat ekuator (tropis).
El-Nino biasanya disertai dengan perubahan sirkulasi di atmosfer yang dikenal sebagai osilasi selatan. Maka dari itu para ahli sering menyebut istilah El-Nino dengan sebutan ENSO yaitu El-Nino Southern Oscillation. ENSO merupakan salah satu sumber utama variablitas antar-tahunan (interannual) musim dan iklim di dunia. Berdasarkan hasil penelitian yang sangat intensif diketahui bahwa fenomena ini terjadi karena adanya interaksi antara laut dan atmosfer. Oleh karenanya para peneliti iklim di dunia berusaha untuk dapat meramalkan kejadian El-Nino ini, meskipun hingga saat ini hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna.
Istilah osilasi selatan sendiri pertama kali diberikan oleh seorang ilmuwan bernama Sir Gilbert Walker pada tahun 1928 (terdapat di Walker, G.T., 1928: World Weather. Monthly Weather Review, 56, 167-170). Awalnya, beliau yang menjabat sebagai direktur jenderal pada sebuah observatorium di India (1904) melakukan sebuah penelitian untuk dapat meramalkan variasi monsun dan kaitannya dengan kekeringan di India. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data tekanan udara di atas permukaan laut, temperatur udara, curah hujan dan lain-lain dari hasil pengamatan beberapa dekade di seluruh negara koloni kekuatan Eropa pada waktu itu. Dari hasil pengolahan tersebut diperoleh bahwa terdapat sebuah pola yang hampir sama, yaitu adanya hubungan antara medan tekanan di daerah tropis dengan tekanan tinggi di Samudera Pasifik Selatan bagian tengah dan tekanan udara yang rendah di Australia, Asia Tenggara dan India Tengah serta Afrika Selatan dan Amerika Selatan.
Banyak sekali peneliti yang telah melakukan penelitian tentang kedua fenomena tersebut (El-Nino dan osilasi selatan) seperti Sverdrup dkk. (1942), namun baru pada tahun 1966 Bjerkness mampu menjelaskan secara lebih terperinci keterkaitan antara El-Nino dan osilasi selatan. Dikatakannya bahwa tekanan udara di atas permukaan laut rendah pada saat Indeks Osilasi Selatan (IOS) tinggi, atau terdapat sebuah korelasi/keterkaitan yang negatif di wilayah timur hingga ke barat Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan juga Samudera Atlantik Selatan bagian tengah.
Mungkin ada di antara anda yang bertanya: “apakah gerangan Indeks Osilasi Selatan (IOS)?” IOS adalah sebuah indeks yang diperoleh dari perbedaan harga tekanan udara di atas permukaan laut antara Tahiti dan Darwin. Harga IOS yang negatif mengindikasikan adanya El-Nino sedangkan IOS yang positif mengindikasikan adanya La-Nina. Nilai negatif ini disertai dengan terjadinya SPL yang hangat (anomali positif) di Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur yang diakibatkan oleh melemahnya angin pasat Pasifik dan berkurangnya curah hujan di bagian timur dan utara Australia, termasuk Indonesia. Sedangkan nilai IOS yang positif disertai dengan terjadinya SPL yang dingin (anomali negatif) di Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur yang diakibatkan oleh menguatnya angin pasat Pasifik dan meningkatnya curah hujan di bagian timur dan utara Australia, termasuk Indonesia.
Berikut adalah cara menghitung IOS:
Anomali dihitung dari harga klimatologis (harga rata-rata) dengan periode dasar 1951-1980.
Simpangan Baku Tahiti (SBT) = SQRT(SUMMATION(1)/N)
SUMMATION(1) adalah jumlah seluruh ((TA)**2)
dimana:
TA adalah anomali Tahiti = (Aktual(SLP) – Rata2(SLP))
N adalah jumlah bulan
sehingga:
Standardized Tahiti (ST) = (Aktual Tahiti (SLP) – Rata2 Tahiti (SLP))/SBT
Simpangan Baku Darwin (SBD) = SQRT(SUMMATION(2)/N)
SUMMATION(2) adalah jumlah seluruh ((DA)**2)
dimana:
DA adalah anomali Darwin = (Aktual(SLP) – Rata2(SLP))
N adalah jumlah bulan
sehingga:
Standardized Darwin (SD) = (Aktual Darwin (SLP) – Rata2 Darwin (SLP))/SBD
Untuk menghitung simpangan baku bulanan digunakan:
Simpangan Baku Bulanan (SBB) = SQRT(SUMMATION(3)/N)
dimana:
SUMMATION(3) adalah jumlah ((ST – SD)**2)
N adalah jumlah total bulan
Maka IOS diperoleh dari hubungan:
IOS = (ST-SD)/SBB
Selain nilai IOS, para peneliti juga telah mendefinisikan indeks lainnya yang dihitung dari harga suhu permukaan laut yang biasa disebut sebagai indeks NINO. Ada beberapa indeks NINO yang biasa digunakan yaitu:
- NINO1+2 (0-10LS dan 90-80BB)
- NINO3 (5LU-5LS dan 150-90BB)
- NINO4(5LU-5LS dan 160BT-150BB)
- NINO3.4(5LU-5LS dan 170-120BB).
Perhitungan indeks NINO dapat mengikuti rumus yang digunakan di atas dengan periode dasar untuk harga rata-rata digunakan harga dari 1950 s.d. 1979 (catatan: periode dasar untuk menghitung harga rata-rata kadang mengalami perubahan, untuk informasi lengkap silahkan kunjungi Climate Prediction Center. Harga indeks NINO yang positif dan lebih besar dari 0,5C mengindikasikan terjadinya El-Nino dan harga indeks NINO yang negatif dan lebih kecil dari -0,5C mengindikasikan terjadinya La-Nina.
bahan bacaan:
- Climate Prediction Center
- Wikipedia
- Tesis S-2 nya Agusset.